Ada Internet di Desa Pranten, UMKM Olahan Kentang Kebanjiran an
Batang - Kebutuhan koneksi internet di era digital sekarang ini menjadi hak yang mendasar, tidak hanya diwilayah perkotaan tapi juga di wilayah desa - desa terpencil.
Batang - Kebutuhan
koneksi internet di era digital sekarang ini menjadi hak yang mendasar, tidak
hanya diwilayah perkotaan tapi juga di wilayah desa - desa terpencil.
Hadirinya akses
internet di wilayah pegunungan Dieng tepatnya di Desa Pranten Kecamatan Bawang,
Kabupaten Batang, Jawa Tengah memiliki dampak positif bagi warga.
Desa yang berbatasan
dengan Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara itu, sudah satu tahun terhubung
dengan internet melalui program merdeka sinyal dari Dinas Komunikasi dan
Informatika (Diskominfo) Batang yang bekerja sama dengan provider Iconnet.
Warga desa tersebut
kini tidak lagi ada kesenjangan informasi, dan hampir semua melek teknologi
informasi yang menjadi jembatan ekonomi global. Meskipun memiliki kondisi
wilayah perbukitan dengan ketinggian 1.800 mdpl yang menjadi kendala kelancaran
sinyal.
“Dulu sebelum ada
internet warga yo gaptek (gagap teknologi). Kalau mau telepon saja susah, kita
harus ke Dieng dulu dengan jarak yang cukup jauh dan naik turun bukit. Sekarang
bisa sambil tiduran di kamar sudah bisa semuanya,” kata Sekretaris Desa
Pranten, Ela Nurlaela saat ditemui di rumahnya Desa Pranten, Kecamatan Bawang,
Kabupaten Batang, Selasa (15/8/2023).
Tidak hanya itu,
masyarakat juga sudah bisa mengoperasikan gadget dan berselancar di dunia maya.
Bahkan pemuda lebih kreatif inovatif. Mereka ada yang menjadi konten Vloger dan
Youtuber.
“Pemanfaatan internet
tidak hanya mencari informasi, tapi juga dimanfaatkan untuk promosi produk dan
jual beli online seperti keripik kentang, chiken dan sambel krangean dan lainnya
melalui media sosial. Kini mereka banyak an,” jelasnya.
Ia juga menyatakan
masyarakat juga sudah melakukan pembelian online melalui layanan Cash On Delivery
(COD). Bahkan mereka juga belajar pengolahan makanan berbahan dasar kentang
melalui medsos youtube.
“Selain mereka jual
kentang mentah yang Jadi unggulan pertanian, masyarakat juga belajar olahan
makanan melalui youtube. Masyarakat juga sekarang tahu harga kentang melalui
pantau informasi di medsos, yang dulu kita sering dibohongi oleh oknum pedagang
nakal,” terangnya.
Keberadaan jaringan
internet menggunakan Fiber Optik (FO) di Desa Pranten menjadi berkah bagi Badan
Usaha Milik Desa (Bumdes) meskipun hasilnya masih sebatas untuk biaya
perawatan. Dengan jumlah pelanggan internet warganya mencapai seratus dari
jumlah 600 KK.
“Memang pengelolaannya
dan pembayaran internet melalui Bumdes setiap bulan bisa mencapai Rp6 jutaan
lebih, pembayaran provider hanya sekitar Rp5 jutaan. Dari total 600 KK yang
sudah berlangganan ada seratus KK, tapi kejelasannya belum saya cek kembali,” ungkapnya.
Pihak pemerintah desa
juga memberikan layanan hotspot internet gratis di dua titik yang menjadi
layanan publik masyarakat Desa Pranten.
Masyarakat pun, lanjut
dia, sekarang sangat dimudahkan dalam pelayanan pemerintahan yang sekarang
hampir semuanya menggunakan aplikasi, baik pelayanan administrasi kependudukan
maupun pembayaran pajak dan lainnya.
“Alhamdulilah
masyarakat desa kini sudah mampu mengembangkan digital ekonomi, digital society
dan digital government,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala
Diskominfo Batang Triossy Juniarto mengaku, senang dan bahagia karena kerja
keras yang selama ini dilakukan Pemkab Batang akhirnya membuahkan hasil.
Pihaknya pun terus
melakukan evaluasi pasca masuknya jaringan internet di beberapa wilayah pedesaan.
“Karena dengan
demografi yang beragam dan akses jalan yang sulit, kendala dalam penyebaran
jaringan internet tidak bisa diabaikan. Itulah mengapa kita lakukan evaluasi
terus menerus,” ujar dia.
Akses internet, bukan hanya menjadi jembatan
menuju informasi global, tetapi juga menjadi katalisator perkembangan ekonomi
digital, masyarakat digital, dan pemerintahan digital di daerah ini. (MC
Batang, Jateng/Edo/Jumadi)